Minggu, 15 Maret 2009

Lika-Liku Muslihat Pedagang Uang Kuno

Bisnis yang baik selalu dilandaskan atas satu kata yang sangat ampuh ,yaitu: "Trust" atau dalam bahasa Indonesianya disebut: Kepercayaan (tapi bukan agama lho).
Kalau si pembeli dan si penjual sudah saling curiga mencurigai, maka suasana belanja menjadi sangat tidak menyenangkan. Nah ini adalah akibat dari: "Negative thinking" atau "berpikir negatif" yang seringkali sudah tertanam jauh didalam pikiran kita entah sejak kapan mulainya.
Namun kita tau bahwa pikiran negatif ini haruslah kita buang jauh jauh, karena biasanya apa yang kita pikirkan , justru itu yang akan terjadi. Mungkin kaum agama berkata, itu jadi seperti "iman" kita. Jadi, mari kita beriman akan yang baik, pasti hasilnya kan menjadi baik, dan hidup kita akan menjadi jauh lebih menyenangkan, daripada kita hidup dengan ketakutan ,kecurigaan dan pikiran yang terus berkata: "Jangan-jangan........ada maunya??"

Tetapi untuk kita bisa berpikir positif, kita juga memerlukan pengetahuan yang benar akan sesuatu yang akan kita geluti, sehingga kita tidak asal berpikir "positif" terus dengan membabi buta, tanpa pengetahuan yang benar akan fakta yang dapat merugikan kita.
Untuk itu saya akan berbagi pengalaman saya pada blog ini, khususnya bagi penggemar koleksi uang kertas kuno Indonesia agar rekan sekalian tidak tertipu.

Bermacam trik para pedagang uang kertas:

1. Kondisi putih bersih, bukan selalu berarti kondisi terbaik.
Seringkali kondisi yang bersih adalah akibat "pencucian" uang dalam arti yang sesungguhnya.
Yaitu uang tersebut benar benar dicuci dengan kaporit, lalu dikeringkan dengan setrika.
Alhasil uang tersebut tampak bersih, namun seringkali kertasnya jadi tipis dan berbau
kaporit. Untuk itu penjual menyiasatinya dengan membungkus dengan plastik tebal.

2. Kondisi gambar uang sangat baik belum tentu sesuai standard yang benar.
Adakalanya, kita perlu memperhatikan ukuran uang kertas yang sebenarnya, karena tidak
jarang kita menemukan uang kertas kuno yang sudah dipotong pinggirnya agar tamapak rata
dan halus. Istilahnya dikenal dengan kata sdh di "trim". Alhasil apabila kita bandingkan
dengan ukuran yang sebenarnya, maka uang tersebut tampak lebih kecil, dan ini sangat mem-
pengaruhi nilai jual barang tersebut. Ada baiknya kita melihat ukuran yang sebenarnya ter-
lebih dahulu dengan mengecek di katalog uang kertas.

3. Hati-hati dengan cetakan edisi "palsu". Perhatikan tali air, apakah tampak sangat jelas tanpa
perlu diterawang, maka ini pasti palsu. Ada seri khusus yang memang rawan kepalsuan,
seperti seri tahun 1942-1945, juga seri ORI, dan seri Diponegoro tahun 1952, seri Soekarno
keluaran untuk Irian Barat (perhatikan water marknya berbeda dari asli)

4. Hati-hati dengan penambalan uang yang sudah sobek.
Dengan bertambah majunya teknologi, uang kertas yang sobekpun dapat direkatkan
dengan hasil yang hampir sempurna. Perhatikan kesinambungan tinta cetak pada bingkai
uang tersebut dan perhatikan apakah ada perbedaan warna atau jenis kertas pada sisi sisi
tertentu. Jenis ini biasanya dilakukan diluar negri untuk seri yang harganya sangat tinggi.

5. Perhatikan harga yang ditawarkan, jangan sampai anda kejeblok kemahalan.
Acuan akan harga sangat bergantung pada kondisi uang serta kondisi pasar saat itu.
Untuk itu anda perlu tanya beberapa pedagang atau lihat dan cek di internet lokal yang
menjual uang kertas lama , atau paling tidak cek di katalog uang kertas seri terakhir, atau hasil
lelang terakhir.

6. Ada nomer seri tertentu yang memang lebih mahal harganya, seperti yang hanya mempunyai
satu huruf sebelum angka serinya, tapi ada juga yang tidak memperdulikan hal ini, jadi ini
tergantung anda, apakah bagi anda ini penting atau tidak. Biasanya penting untuk pasaran
internasional, tapi tidak terlalu untuk market lokal. Jadi sekali lagi jangan terbawa emosi
untuk hal yang satu ini.

Sekali lagi yang penting kita harus tetap "WASPADA" agar nilai investasi kita maksimal.

Salam numismatik !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar